Sabtu, 12 Juli 2014

FANFICTION :








THERE IS ALWAYS RAINBOW AFTER HEAVY RAIN



Genre : Romantic, Sad
==========================
Seoul, 25 Juni 2019
Soojong-ah… believe me, there is always rainbow after heavy rain.” Kalimat itu kembali terngiang-ngiang dikepalaku. Air mataku perlahan menitik membasahi pipiku yang memucat. Pantulan bayanganku masih tergambar jelas dari jendela apartemenku yang tertutup. Diluar sana perlahan air hujan menitik dan dibiaskan dengan cahaya matahari sore. Dan pelangipun datang.
***
San fransisco, 25 Juni 2013
“Soojong!!! Wait me please!” seseorang memanggil Krystal dengan sangat antusias. Krystal membalikkan badannya.
“Hurry up!! We almost late!” balas Krystal dengan tersenyum menunggu seseorang itu. Dengan badannya yang cukup bulat dia berhasil menyusul Krystal.
“Kenapa gak nungguin sih?” tanya seseorang itu setelah berhasil menyusul Krystal.
“You should on diet! Perut udah maju, pipi apa bakpao tuh?” ujar Krystal pedas mengindahkan teguran halus seseorang itu.
“Kalau aku kurus, kau mau menikah denganku kan nanti?” tanya seseorang itu.
“Ummm mungkin.” ujar Krystal sambil tersenyum licik. Melihat itu, seseorang itu kemudian berjalan mundur.
Dan tanpa dia ketahui sebuah truk besar menyambut badan bulatnya. Dengan sekejap mata, tidak sampai sepeminuman teh bahkan, tubuh bulat seseorang itu terlempar. Dan Krystal hanya terdiam terpaku. Perlahan matanya yang membulat karena kaget hanya mampu menitikkan air matanya, perlahan namun cukup deras untuk menggambarkan betapa mengerikannya tubuh bulat itu terlempar.
…20 September 2013…
“Soojongi??” sebuah suara wanita memanggilnya. Krystal perlahan menoleh. Membalas senyum wanita itu dengan seceria mungkin.
“Kamu akan meninggalkannya? Benarkah?” tanya wanita itu.
“Iya omonim, aku harus pergi. Beasiswa itu sangat kuinginkan. Lagipula, keluargaku disana, omonim. Maafkan aku. Benar-benar maafkan aku.” ujar Krystal serak. Dia harus menahan air matanya.
“Bibi tau, dia sedang dalam masa vegetative, tapi bagaimana jika dia terbangun dia mencarimu dan kau tidak disana? Dia begitu mencintaimu.” Ujar wanita itu.
Krystal menggeleng, “Aku harus pergi Omonim. Harus. Dia berpesan aku harus mendapatkan beasiswa itu. Aku harus menjalankannya.”
Wanita itu hanya sanggup berurai air mata. Melepaskan. “Soojongi, ada yang harus kuberikan padamu. Saat kau sempat lihat dan bacalah.” ujarnya sambil menyerahkan sebuah CD yang ber-cover gambar menara Eiffel. Krystal meraihnya dan tersenyum.
…5 jam kemudian…
Pesawatnya yang membawanya ke Seoul baru saja take off. Krystal kini menatap San Fransisconya, mengucap selamat tinggal pada seseorang itu. Diraihnya CD yang diserahkan padanya tadi, diputarnya pada SD Player miliknya. Dan kini matanya berurai air mata
***
Dear Soojong, Kelak saat kau mendengar pesan ini itu tandanya aku sudah tidak dapat melihatmu lagi. Aku mempersiapkan segala kemungkinan terburuk.
Seseorang padaku pernah bertanya, apa yang akan kamu lakukan saat kau akan menjelang kematian? Dan aku hanya memikirkan dirimu. Karenanya kubuat pesan ini untukmu.
Soojongi, Aku mencintaimu sejak pertama kali hujan turun dibulan juni. Saat pertama tetesan embun luruh dari dedaunan menyembunyikan pesan malam pada pagi. Jika kau adalah warna jingga, maka engkaulah mentari. Jika engkau adalah air, maka kaulah hujan itu.
Soojongi, jika kau mendengar pesanku ini, jangan ragu untuk menangis, menangislah! Lalu tersenyumlah, tatap mentari atau rembulan disana, tantang mereka, katakan bahwa kau kuat menghadapi kenyataan, bahkan yang terberat sekalipun.
Ah, aku terlalu percaya diri bahwa kau pasti mencintaiku.
Soojong-ah… believe me, there is always rainbow after heavy rain. Maka tersenyumlah. Pelangimu disana.
With Love, Jongin.

***
Seoul, 25 Juni 2019
Aku menatap kembali CD lama itu, posisinya masih sama. Terletak disebelah fotonya. Aku tak beranjak dari tempatku berdiri, bayangan masa lalu itu semakin jelas tergambar dipelupuk matanya.
***
Seoul, 14 November 2013
“Soojoongah….” Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Itu kakaknya Jessica.
“Ne, onnie. Kenapa?” pintu bergerak terbuka. Tampak Jessica dengan muka pucatnya berdiri.
“Onnie kenapa?” tanya Krystal penasaran. Jessica berlari memeluknya. Lalu menangis keras dibahunya. Krystal semakin bingung.
“Soojongi, Kim Omonim, dia bunuh diri. Jongin sekarang sendirian dan entahlah dimana dia berada, tubuhnya mengilang begitu saja dari rumah sakit yang merawatnya. Surat Kim Omonim mengatakan Jongin telah aman bersamanya. Mungkinkah… mungkinkah dia mati juga?” isak Jessica.
Bagai disambar petir, Krystal hanya mampu mengalirkan air matanya tanpa suara. Badannya membeku. Rajutan sweater merah yang berinisial S-J luruh begitu saja. Seharusnya sweater itu dikirimnya bulan depan untuk dia, Jongin. Hadiah natal.

***
Seoul, 25 Juni 2019
tok tok tok!!
Suara pintu ruangannya diketuk. Krystal buru-buru merapihkan air mata yang tersisa, dipulaskannya compact powder tipis. “Masuk.” ujarnya.
Pintu perlahan terbuka. Tampak sekretarisnya bersama dengan seseorang dieblakangnya.
“Agasshi, ini Tuan Kim yang akan melakukan trading dengan perusahaan kita. Beliau ingin sedikit berbincang dengan anda, managing director.” ujar sekretarisnya. Krystal tersenyum.
“Terima kasih, persilahkan saja.” Setelah berkata begitu, seseorang dibelakangnya nampak bergerak maju. Namun bukannya tersenyum, Krystal justru melangkah mundur dengan wajah pucat pasi. Tangannya menggenggam jari manis kirinya, mencari kekuatan dari cincin platina berbentuk DNAnya.
Seseorang itu tampak tersenyum.
“Jongin!!!” seru Krystal kaget.
(to be continued)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar