Sabtu, 12 Juli 2014

FANFICTION :





THERE IS ALWAYS RAINBOW AFTER HEAVY RAIN (PART 2)


Seoul, 27 Juni 2019
Aku menatap pelangi dikejauhan yang terbiaskan sisa hujan tadi. Langit Seoul masih amat cerah, sedikit semburat jingga dan sedikit warna pink juga merah melatari pelangi itu. Pelangi dengan dominan warna biru. Aku menghela nafasku perlahan. Mataku terpejam sejenak ikut merasakan wangi hujan yang tersisa.
“Jung-ssi…” seseorang memanggilku. Perlahan aku membuka mata dan menemukan pria itu didepanku. Aku tersenyum menatapnya. Dia berdiri disana dengan gagah membawa sekuntum mawar putih. Wajahnya yang mulai tergaris kerutan disekitar matanya membuatnya terlihat manly.
“Oppa…. Gomawo.” Ujarku sambil meraih bunga pemberiannya. Dia memelukku lembut, menyapukan kecupan hangat dikeningku, membelai punggungku singkat. Lalu menggenggam tangan kiriku, dimana terletak cincin berbentuk DNA disana. Cincin yang sama dengan yang melingkar di jari manis kirinya.
“Krystalku, sebentar lagi cincin ini akan berpindah ke tangan kanan, sudah siapkah kamu?” tanyanya. Aku menatapnya, sedetik dua detik aku masih terdiam. Dia mengangkat daguku, menatap mataku.
“Jawablah, aku menunggu. Jika tidak yakin bisa mungkin semua dibatalkan. Masih banyak kesempatan kita untuk memikirkannya.” ujarnya. Aku terhenyak, Tahukah dia akan seseorang dimasa laluku yang hadir dikehidupanku?
“Minho Oppa, kenapa kau begitu? Tentu saja aku akan menikah denganmu. Ini impian kita, impian keluarga kita. Demi JJ Group dan Clan Corp semua akan tetap berlangsung.” jawabku, meyakinkannya. Lebih tepatnya meyakinkanku.
Pernikahanku dengan Choi Minho ini harus tetap berlangsung, demi merger perusahaan keluargaku, JJ Group dan perusahaannya, Clan Corp. Masa bodoh dengan masa lalu.
Dia perlahan menggeleng, “Aniya, bukan seperti itu. Aku menginginkan cinta kita yang seutuhnya. Bukan demi bisnis. Should we start to real date? not merger date? Dan ini bukan kewajiban.” tanyanya cukup tegas.
Pandanganku menerawang, perlahan aku bergerak untuk meraih lehernya, memeluknya. Membenamkan wajah dan segenap perasaanku disana. Lelaki ini, Choi Minho, seharusnya sejak lama aku sudah berhasil mencintainya.
***
…Seoul, 20 Juli 2018…
Krystal menatap sebuah undangan putih beraksen pink ditangannya. Undangan yang entah kapan dibuatnya. Namun disitu terpampang jelas fotonya dengan seseorang yang dikenalnya beberapa hari lalu. Kakaknya, Jessica mengatakan bahwa tidak ada model untuk salah satu iklan kosmetik milik perusahaan mereka. Lalu Jessica meminta Krystal untuk menjadi salah satu model. Dan Pria dalam foto itu menggunakan jas pink pucat.
Mereka hanya melakukan beberapa kali pengambilan gambar dengan tema pernikahan. tapi krystal tak menyangka kalau tujuan foto itu adalah untuk undangan ini.
image
Krystal meremas perlahan undangan itu. Membuangnya.
“Ah, lama-lama aku bisa gila hidup dikeluarga seperti ini.” ujarnya. Kakinya melangkah ke kamar mandinya, memutuskan untuk berendam dengan air hangat dan busa dengan wangi apricot.
***
…Seoul, 26 juli 2018…
Krystal menatap laki-laki yang duduk didepannya. Laki-laki yang sama yang berada dalam foto undangan pertunangannya. Lebih tepatnya lelaki ini yang akan menjadi tunangannya.
“Aku tahu, kau pasti marah karena tiba-tiba mendapatkan kenyataan bahwa besok kita akan bertunangan, padahal sedikitpun kita tidak saling mengenal. Dan hanya bertemu satu kali saat foto itu diambil.
Sama halnya denganmu, aku juga tidak tahu menahu bahwa ibuku telah mengusulkan untuk menjdohkan kita berdua. Ya, semuanya berasal dari keluargaku. Ibuku menginginkan untuk merger dengan perusahaanmu, untuk basis bisnis yang lebih kuat. Dan ayahku menyetujuinya.
Aku tidak tahu apa yang telah dilakukan ayahku untuk membujuk ayahmu. Namun demikian, aku hanya ingin membahagiakan ayah-ibuku. Karenanya, izinkan aku melamarmu secara resmi.
Jung Soojung-ssi, menikahlah denganku.”
Ujar laki-laki itu panjang lebar. Krystal menatapnya, hatinya tersentuh. Kalimat caci maki yang sudah sampai ditenggorokannya ditelannya lagi. Perlahan diulurkannya tangannya meraih sebentuk cincin kembar beda ukuran berbentuk DNA, terdapat inisial S-M disitu.
Minho tersenyum saat Krystal menyentuh cincin ditangannya. “Meskipun ini bukan dipesan olehku, tapi perlu kau ketahui akulah yang merancangnya. Dan huruf yang terukir disana ditambahkan kakakmu Jessica saat cincin itu dipesan.” Ujarnya lagi.
***
Seoul, 27 juni 2019
Sudah hampir satu tahun pertunanganku dengan Minho berlangsung, pernikahan kami akan diadakan september nanti. Tapi entah kenapa mendengar penuturannya tadi, mengingat masa lalu kami berdua. Tapi seketika, bayangan seseorang itu mengahantuinya. Pertemuan kemarin, pertemuan setelah sekian lama hilang.
***
…Seoul, 25 Juni 2019…
“Lama tidak berjumpa, Jung Soojung-ssi.” Ujar Jongin begitu Krystal menyebut namanya. Krystal sendiri sudah berdiri kaku dan pucat pasi. Tangannya meraba dan mengenggam tangan kirinya yang mengenakan cincin DNA. Krystal mencari kekuatan disana. Cincin pertunangannya. Cincin dari Minho.
Jongin bergerak maju setalah personal assistant Krystal keluar ruangan. Tatapan mata Jongin yang selalu tajam, namunada yang hilang dari wajah Jongin, senyumnya menghilang.
“Mengira aku hantu ya, Jung-ah?” tanya Jongin. Krystal menggeleng kuat namun juga mengangguk. Jongin tersenyum singkat, senyum yang tidak dikenali Krystal.
“Jongin-ah….” panggil Krystal.
“Aniya… Aku bukan lagi Jongin yang kau kenal. Aku Kai. Kai Kim. Karenanya kau tak mengenali namaku saat proposal yang kubuat masuk ke perusahaanmu. Kau menganggapku sudah mati? Sama seperti ibuku?” kata Kai.
“Aniya… Aniya…. Aku selalu berharap kau kembali, tapi kau tidak pernah kembali. Kau tidak mencariku. Aku… aku…aku tidak tahu kau ada dimana.” ujar Krystal perlahan dan luruhlah air matanya. Kai bergerak maju, namun Krystal bergerak mundur.
Melihat perilaku Krystal, Kai hanya tersenyum singkat, hanya diujung bibir. “Kudengar kau kini sudah bertunangan dan hampir menikah? Bukankah kau berjanji akan menikah denganku Jung-ah?” tanya Kai. Tatapannya makin mematikan. Krystal terdiam menatap tak percaya.
“Aku sudah tidak jelek seperti dulu. Mungkin dulu kau malu karena aku gendut, jelek dan miskin. Sekarang, aku sudah berbeda sama sekali.” lanjut Kai. Krystal makin terisak. Dia bingung harus menjawab apa. Menurutnya wajar kalau Kai marah, karena janji itu sudah dibuat lama sekali.
Kai makin bergerak maju, kini jarak mereka sudah menyempit. Tidak ada ruang lagi untuk menghindar. Perlahan Kai mendekatkan bibirnya kearah bibir Krystal.
image
Sebuah ciuman lembut didaratkan Kai dibibir Krystal.
***
Seoul, 27 Juni 2019
“Kau tau Krystal, aku hanya tak ingin saat kau memelukku seperti ini yang sebenarnya jantungmu tidak berdegub kencang. tak pernah. Jantungmu tidak pernah berdegub kencang saat memelukku. kau selalu tersenyum padaku tapi senyum yang berbeda dari fotomu dengan seseorang dimejamu.” uajr Minho pelan sambil membelai rambut panjang Krystal. Krystal membeku. Perlahan tangannya melepas pelukannya dileher Minho.
Mataku kemudian menatap mata Minho. Mencari petunjuk apapun, sedikit tanda-tanda, Namun tidak aku temukan. Perlahan Aku menitikkan air mata. Dengan sigap Minho menghapusnya.
“Jangan menangis Krystalku. Mungkin kau bingung denganku, dengan hatimu ataupun dengan Kai. Kai itu sepupuku, ibuku adalah kakak ayahnya. Selama ini dia tinggal bersama kami. Selama ini dia yang berusaha mendekatkan kita bedua. Mengatur pertunangan dan pernikahan ini.
Merancang cincin pertunangan kita. Aku berbohong untuk satu itu. Jessica nuna tidak pernah merancang apapun. Semua rancangan Kai. Dia hanya ingin kau bahagia, denganku. Tapi ternyata dia salah. Kau tak pernah bahagia denganku, kan?” pernyataan dan pertanyaan Minho yang cukup retoris. Krystal menatap nanar mata Minho.
Plak!!!
Sebuah tamparan keras dan telak mendarat dipipi kiri Minho. Minho tersenyum menatapku, perlahan meraih tangan kananku yang digunakan untuk menamparnya barusan. Aku masih tetap menangis tak berusuara.
“Namun, aku tidak pernah ingin mengalah untuk Kai. Aku tidak bisa menyerahkanmu padanya begitu saja. Aku sudah terlalu mencintaimu. Bisakah kau tetap tinggal dan memilihku?” pinta Minho.
Dengan cepat aku menarik tanganku yang digenggamnya. “Krystal… kumohon, tinggallah disampingku.” pintanya sekali lagi.
Aku menoleh, “Aku tak percaya kau akan jadi begini Oppa. Aku pikir aku bisa belajar mencintaimu karena kau mencintaiku. Tapi semua kebohongan ini. Tidak kau, tidak juga Kai. Aku muak dengan kalian berdua.” ujarku sengit.
Aku berjalan menjauh meninggalkannya. Menuju mobilku dipelataran parkir.
“Krystal-ssi….” seseorang memanggilku.
(to be continued)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar